Text
TUN
Di luar, ia tangguh dan berani. Jurnalis yang tak ragu terjun di medan-medan berbahaya. Di Thailand Selatan, ia nyaris tewas akibat ledakan bom. Dalam huru-hara berdarah saffron revolution (Burma), ia bagai dihadang pisau bermata dua; diringkus junta militer atau jadi sasaran penembak jitu.
Di dalam, ia rapuh sempurna. Selepas kepergian Timor, serasa tamat hidupnya, begitu gemar ia mendekati maut. Tapi, Tun menyalakan gairahnya. Cintanya pada Tun adalah nyawa bagi hidupnya yang kedua.
Sejatinya ia tak perlu jauh-jauh mencari mati, sebab tubuhnya ternyata menyimpan sebab kematian yang lebih jitu; kanker payudara. Tiba-tiba ia berbalik, berjuang mempertahankan hidup, menunggu kedatangan Tun, yang menghilang setelah prahara. Ia ingin bahagia bersama Tun. Sesaat saja.
Tidak tersedia versi lain