Text
The Architecture of Love
New York mungkin berada di urutan teratas daftar kota yang paling banyak dijadikan setting cerita atau film. Di beberapa film Hollywood, mulai dari Nora Ephron’s You’ve Got Mail hingga Martin Scorsese’s Taxi Driver, New York bahkan bukan sekadar setting, namun tampil sebagai “karakter” yang menghidupkan cerita. Di kota itulah Raia, seorang penulis, mengejar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun. Raia menjadikan setiap sudut New York “kantor”-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di setiap jengkalnya, pada orang-orang yang berpapasan dengannya, dalam percakapan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya.
Namun, bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita. Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang itu adalah River. Laki-laki pendiam yang misterius dan memendam sejuta rahasia.
Pertemuan dengan pria itulah menjadi awal pemantik inspirasinya. Raia penasaran dengan sosok River yang pendiam, yang ke mana-mana membawa buku gambar untuk menggambar lanskap kota New York yang indah, yang pendiam dan tak bisa dibaca, yang kelihatannya menyimpan segudang rahasia dalam dirinya.
Penulis yang kehilangan muse-nya dan arsitek yang kehilangan semangat hidupnya–berdua mereka menyusuri New York sambil berpura-pura hidup mereka baik-baik saja, sampai keduanya dihadapkan pada keharusan untuk berdamai dengan masa lalu untuk dapat menjalani masa depan tanpa dihantui rahasia masing-masing.
Tidak tersedia versi lain